BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Terwujudnya kondisi pembelajaran siswa aktif
merupakan harapan dari semua komponen pendidikan termasuk masyarakat dan
praktisi pendidikan. Oleh sebab itu dalam kegiatan pembelajaran dituntut suatu
strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar yang
menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif
dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam
berpikir (minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on).
Perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir
siswa terhadap kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses siswa aktif dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dilaksanakan secara terus menerus dan tiada henti. Hal ini dapat dilakukan
apabila interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Sebab menurut
USMAN(2002) interaksi dan hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berdasarkan pada pendapat tersebut, menunjukkan
bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mutlak diperlukan. Namun
yang lebih penting lagi dalam meningkatkan aktititas siswa tersebut adalah
kemampuan guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar tersebut
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti
akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan pada siswa Kelas V SD Negeri
Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008
semester II menekankan pada peningkatan motivasi belajar siswa melalui kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas. Mengapa harus pembelajaran berbasis aktivitas?
Beberapa alasan peneliti menggunakan pendekatan
pengajaran berbasis aktivitas dalam mengajarankan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam diantaranya: (1) asas aktivitas digunakan dalam semua
jenis metode mengajar baik di dalam maupun diluar kelas, (2) asas aktivitas
bertujuan mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu
bentuk tertentu, (3) asas aktivitas dapat menikmati pengalaman-pengalaman
estetis, (4) memecahkan suatu kesulitan intelektual, dan (5) memperoleh
pengalaman dan ketrampilan tertentu.
Sedangkan alasan peneliti memilih mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam digunakan sebagai materi bahan pendekatan berbasis
aktivitas, karena dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dapat membantu siswa
untuk: (l) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami
dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk
mengem-bangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4)
mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep Pendidikan Agama Islam, (5)
menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam sains
dan teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu
yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap
perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan peme-cahan pada dilema moral
sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi, dan (l0) menyiapkan diri untuk
studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Dari beberapa alasan pengambilan permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas tersebut, maka dapat dirumuskan judul
penelitian tindakan kelas Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan Perilaku Terpuji dengan metode pendekatan berbasis aktivitas pada
Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan motivasi
belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
dapat meningkat dan akhirnya akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa
dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pada latar belakang masalah
tersebut di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat
merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
l. Apakah pendekatan berbasis aktivitas
lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 ?
2. Bagaimanakah dampak kegiatan belajar
mengajar yang menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran
pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah tersebut, maka
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif
dalam menumbuhkan motivasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008.
2. Dampak kegiatan belajar mengajar yang
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran pelajaran
Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar
siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut,
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi
pembelajaran dengan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Disisi lain penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkat-kan kualitas pendidikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008 melalui implementasi strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada Sekolah Dasar umumnya.
2. Lembaga Sekolah
Sebagai masukan dalam menemukan hambatan dan
kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
harapan akan diperoleh hasil belajar yang optimal demi kemajuan lembaga
sekolah.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun
Sebagai masukan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh
dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksanaan pembelajaran di lapangan
pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi dari
hasil-hasil penelitian tindakan kelas.
4. Literatur
Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti
lain, yang melakukan penelitian sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan
oleh peneliti.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian
tindakan yang berjudul Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Pokok Bahasan Perilaku Terpuji pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 yang dilakukan
oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Jika
strategi pembelajaran yang selama ini digunakan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, diganti dengan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan peningkatan
motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam".
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini
terbatas pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri
Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008,
dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
G. Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang harus ditegaskan dalam
penelitian ini, agar dalam pembahasan hasil penelitian akan mengarah pada
uraian yang lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Diantaranya
:
1. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai
serangkaian usaha yang muncul dari dalam diri seseorang, sehingga seseorang
memiliki semangat untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang
direncanakan.
2. Pengajaran Berbasis
Aktivitas
Pengajaran berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa
pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kamampuannya. Dengan
demikian diharapkan dalam proses belajar mengajar ini didapatkan hasil belajar
yang optimal.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Salah satu fungsi pengajar adalah memberikan
motivasi kepada pihak yang diajarnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan
sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Beberapa konsep dan teori yang
telah dikemukakan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam mewujudkan
berbagai upaya memberikan motivasi.
A. Prinsip-Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan
acuan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain:
l. Prinsip
kompetisi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi atau self competition adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Kompetisi antar
pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan
persaingan secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara
lebih baik. Salah satu bentuk misalnya perlombaan karya tulis, siswa teladan
dan sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong
siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
2. Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan
terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi,
nasehat, amanat, peringatan, percontohan, dan sebagainya. Dalam hal ini motif
teratur untuk mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja yang
sebaik mungkin. Hal ini dapat dilakukan melalui konsultasi pribadi, nasehat
atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan
sebagainya.
3. Prinsip ganjaran dan
hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat
meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu.
Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai, cenderung
akan meningkatkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang
berprestasi. Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi
untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyababkan hukuman itu. Hal yang
harus diterapkan secara proposional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
4. Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka
akan makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan
prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara
jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari
tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang
masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
5. Pemahaman hasil
Dalam uraian di atas, telah dikemukakan bahwa
hasil yang dicapai seseorang akan merupakan balikan dari upaya yang telah
dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan
selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya
untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut.
Pengetahuan tentang balikan, mempunyai kaitan erat dengan tingkat kepuasan yang
dicapai. Dalam kaitan ini, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan
kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya
mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan
komentar-komentarnya. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat
hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan
selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa
sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
6. Pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau
tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa
motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki
minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan
unjuk kerja yang baik. Pada gilirannya dapat menumbuhkan motivasi belajar
secara efektif dan produktif.
7. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan
fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif
untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata-letak, fasilitas,
dan sebagainya, demikian pula lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan
antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan
untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
8. Keteladanan
Perilaku pengajar (guru) secara langsung atau
tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa baik yang sifatnya
positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar.
Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku guru dapat menjadi
sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat
diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
B. Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di
dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalanya karena terjadi
perubahan dalam sistem perencanaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga
perubahan energi yang tidak diketahui.
Motivasi ditandai dengan timbulnya
perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan
psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan
kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita
hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi,
karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya
akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi
mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam
dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
l. Jenis-Jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang
motivasi yang telah dibahas di atas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi
menjadi dua jenis : (a) motivasi intrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut
motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri,
misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi
dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan,
menyadari sum-bangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang
lain, dan lain-lain.
Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari
luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna
dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau
sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja
atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh
Emerson, The reward of a thing well done is to have done it. Jadi
jelaslah, bahwa motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan motivasi
sesungguhnya atau disebut istilah sound motivation.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi kelas, seperti angka kredit,
ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan persaingan yang bersifat
negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat
siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa
belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena
itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para
siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru memang
banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan
suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru.
2. Prinsip-prinsip
Motivasi
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar
penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di
sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self
motivation dan self dicipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover,
mengemukakan prinsi-prinsip motivasi sebagai berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman
Hukuman bersifat
menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang
telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar
murid.
b. Semua murid mempunyai
kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus
mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai
bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara
efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di
dalam motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam
individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya
ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi
(sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforce-ment).
Apabila sesuatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu
perlu segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya
tetap mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman
belajar.
e. Motivasi itu mudah menjalar atau
tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan
meng-hasilkan murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian
murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.
f. Pemahaman yang jelas terhadap
tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari
tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar
daya dorongannya.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri
sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada
apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila murid diberi kesempatan
menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan
motivasi dan disiplin lebih baik.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external
reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat
yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka
yang tinggi maka murid akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih
besar.
i. Motivasi yang besar erat hubungannya
dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi
murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang
telah dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya
ujian yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah, dan lain-lain maka kegiatan
kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi
belajar sangat erat hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar itu
sendiri.Ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh
Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran
khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik
dalam mengupayakan peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal.
Diantaranya: (a) Kebermaknaan. Pelajaran akan bermakna bagi siswa
jika guru berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman-pengalaman
yang telah mereka miliki sebelumnya. Sesuatu yang menarik minat dan nilai
tertinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya
berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara
memberikan kesempatan kepada para siswa berperan serta memilih, (b) Modelling.
Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya.
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan
menceramahkan/menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa
dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru, (c) Komunikasi
Terbuka. Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya
pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa, (d) Prasyarat.
Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor
penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu
hendaknya guru berusaha mengetahui/mengenali prasyarat-prasyarat yang telah
mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan mudah
mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan
pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari, (e) Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (novelty) atau masih asing, (f) Latihan/Praktek yang
Aktif dan Bermanfaat. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan
sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis, (g) Latihan
Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan dibagi-bagi menjadi
sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan
sekaligus dalam jangka waktu yang panjang, (h)Kurangi secara Sistematik
Paksaan Belajar. Siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan. Akan tetapi
bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri, dan (i) Kondisi
yang menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika
kondisi penga-jarannya menyenangkan.
3. Cara Mengaktifkan
Motivasi Siswa
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk
menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai
berikut. (a) Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui
hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang
mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi besar,
sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau
dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik, (b) Pujian.
Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan
senang, c) Hadiah. Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam
batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para
siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah
bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olahraga, (d) Kerja
kelompok. Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar,
setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan
nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar,
(e) Persaingan. Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan
motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan individual akan
menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan,
perkelahian, pertentangan, persaingan antarkelompok belajar, (f) Tujuan
dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa,
(g) Sarkasme. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong
kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan
sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya
konflik antara murid dan guru. (h) Penilaian. Penilaian secara
berkesinambungan akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak
memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para
siswa selalu mendapatkan tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan
dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama, (i) Karyawisata
dan Ekskursi. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena
dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya.
Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik
minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya
untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar
dapat dilakukan lebih menyenangkan, (j) Film Pendidikan. Setiap
siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik
perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat
pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna, dan (k) Belajar
melalui radio. Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengar-kan
ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar
murid. Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan
guru dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting
ialah motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan
kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
C. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru
harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar
memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan yang
sebaik-baiknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa
melakukan pengamatan yang baik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
l. Pengamatan akan lebih efektif kepada
rangsangan-rangsangan yang mempunyai struktur dan bentuk yang jelas. Oleh
karena itu, hal-hal yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan
organisasi yang jelas.
2. Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan
lebih berkesan. Oleh karena itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih
dekat dengan hal-hal yang akan dipelajari.
3. Pengamatan di pengaruhi oleh pengalaman
sebelumnya. Oleh karena itu, pada waktu guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan
pengalaman-pengalaman siswa.
4. Pengamatan dimulai dengan keseluruhan,
baru kemudian kepada bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang
akan diajarkan, sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian yang lebih khusus.
5. Pengamatan dipengaruhi oleh peringkat
perkembangan individu. Oleh karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan
peringkat perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif.
6. Terdapat perbedaan individual dalam
pengamatan. Tiap individu mempunyai macam gaya pengamatan
(ada gaya visual, auditif, taktis, dan kinestetik). Oleh karena itu
pengajaran hendaknya disesuaikan dengan gaya pengamatan masing-masing
siswa.
Beberapa faktor dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan atau kelainan pengamatan, seperti rangsangan yang kurang jelas,
kurangnya perhatian siswa, pengalaman di masa lampau, kurang baiknya alat
indera, lingkungan yang mengganggu, dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2001) mengatakan bahwa
pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini
asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity,
sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil
belajar yang lebih memadai.
Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan
oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan
lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7)
mental, dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam kegiatannya adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan
mendengarkan radio
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi
angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta,
dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan
berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
Minat, membedakan,
berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat
dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Dari beberapa macam aktivitas tersebut
menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan
dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran,
aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan
oleh guru atau masalah yang sedang dibahas.
D. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam perlu
memberikan pengalaman belajar yang membantu siswa memenuhi kebutuhan pribadi,
sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara
efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3)
memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif,
fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep
Pendidikan Agama Islam, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6)
memahami bahwa karir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi cocok bagi pria dan
wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan
alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan,
(9) memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan
yang lebih lanjut.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam harus
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa pada proses dan produk
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum
diharapkan akan mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dan fleksibel.
Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa,
(2) memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mempelajari
konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan ketrampilan untuk memahami
dunia melalui penyelidikan, dan (4) membekali siswa dengan ketrampilan baik
untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan yang diperlukan.
E.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama
Sekolah : SDN
Klumutan 01
Mata
Pelajaran :
Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester :
V/Dua
Pertemuan
Ke- :
35 sampai dengan 39
Alokasi
Waktu :
12 x 35 menit
Standar Kompetensi :
Membiasakan perilaku terpuji
I. Kompetensi Dasar
• Meneladani perilaku
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
• Meneladani perilaku
Khalifah Umar bin Khattab r.a.
II. Indikator
1. Menjelaskan
cara-cara meneladani sifat kedermawanan Abu Bakar as-Siddiq r.a. serta perilaku
berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah Abu Bakar
as-Siddiq r.a.
2. Menjelaskan
cara-cara meneladani sifat keberanian Khalifah Umar bin Khattab r.a. serta
perilaku berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah
Umar bin Khattab r.a.
III. Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa diharapkan dapat meneladani perjuangan Khalifah Abu Bakar as- Siddiq r.a.
2.
Siswa diharapkan dapat meneladani perjuangan Khalifah Umar bin Khattab r.a.
IV. Materi Ajar
Perilaku terpuji
V. Metode Belajar
Demonstrasi, hafalan, dan
resitasi
VI. Sumber Belajar
1. Buku Khazanah
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar 5 terbitan PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
2. Kertas
panel untuk bahan diskusi
VII. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru
memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa
bersama.
2. Guru
memimpin tadarus bersama selama 5–10 menit dengan membaca Al-Qur’an atau
halaman tadarus pada buku Khazanah PendidikanAgama Islam SD 5 terbitan
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3. Guru
menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dengan kompetensi
dasarnya.
B. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru
dan siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
1. Eksplorasi
a.
Guru-siswa bertanya jawab tentang perjuangan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
b. Siswa
berdiskusi tentang perjuangan Khalifah Umar
bin Khattab r.a.
2. Konsolidasi Pembelajaran
a. Guru
menganjurkan kepada para siswa agar meneladani perilaku Khalifah Abu Bakar
as-Siddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.
b. Siswa
berdiskusi tentang perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Khalifah Umar
bin Khattab r.a. yang perlu diteladani.
3. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Guru menyuruh siswa
menerapkan keteladanan dari perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan
Khalifah Umar bin Khattabr.a. dalam kehidupan sehari-hari.
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
1. Para
siswa memasang hasil diskusi yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.
2. Para
siswa dianjurkan membuat map portofolio untuk menyimpan dokumen-dokumen penting
dari hasil pembelajaran.
3. Guru
meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran yang telah dan akan
diajarkan.
4. Guru
menutup/mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca hamdalah/doa
bersama-sama.
5. Guru
mengucap salam dan siswa menjawab dengan serentak.
VIII. Penilaian
Pembahasan mengenai
penilaian meliputi tiga hal, yaitu tes lisan, tertulis,dan perbuatan.
A. Tes Lisan
Setiap siswa diminta untuk
menjelaskan mengenai kisah para rasul dan berbagai keistimewaannya
B. Tes Tertulis
Guru memberikan beberapa
soal tertulis sesuai dengan kemampuan siswa.
C. Tes Perbuatan
Guru meminta siswa untuk
mengambil pelajaran dari sikap dan perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
dan Umar bin Khattab r.a.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan
oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian
tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan
ulang.
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan
ketram-pilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk meme-cahkan
masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003)
Carn dan Kemmis (1986), mengatakan bahwa
penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan inquiry melalui
refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam
situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini
lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab peneliti dalam
penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003)
mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah
terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan
pengamatan berperan serta dalam penelitian ini.
Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan
berperan serta dalam penelitian kualitatif, diantaranya; (a) Dimulai dari
pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations)
secara luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi
penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih
terfokus (focused observations) untuk menemukan kategori-kategori utama
tentang fokus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan pengamatan-pengamatan
yang bersifat selektif (selective observations) untuk menemukan
kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN
Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
Sedangkan Subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor
perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan lokasi
penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
D. Sumber Data
Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan
non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah Guru
Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun dan siswa
Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008.
Sedangkan sumber data non manusia berupa
dokumentasi hasil pengamatan dan catatan obeservasi peneliti, hasil evaluasi
belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.
E. Prosedur Pengumpulan
Data
Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat
dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya :
l. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di
tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua jenis observasi yang dilakukan,
diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana
observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak
langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik
ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek
(chek list).
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur
terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak
informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Menurut Arifin (1998) yang
dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh
konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya. Menurut
Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong (2000), maksud mengadakan wawancara
antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain.
Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh
data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara
dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Wawancara dalam
penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur.
Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan diperoleh informasi
sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta
memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama
wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).
Namun dalam pelaksanaan wawancara tersebut tetap
mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara
terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan kepada
informan berdasarkan ruang lingkup penelitian.
3. Dokumentasi
Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa
dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1)
merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti
untuk suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil
pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang
diselidiki.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan
mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan
mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan
peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982).
Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis
data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses
menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk
memahami maknanya.
Moleong (1995:103) mengemukakan, "analisis
data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan
oleh data". Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya
data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian
dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting
sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Selanjutnya Miles & Hubermen (1984)
menerapkan tiga alur kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu
kesatuan yang tak dapat terpisahkan, yaitu: (1) Reduksi data,
pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah atau data kasar
yang muncul dari catatan-catatan di lapangan, (2) Penyajian data,
teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan (3) Penarikan
kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar dapat
menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu subjek.
Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan
didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif berupa hasil obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan,
dan data kuantitatif berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang didapatkan
oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran
berbasis aktivitas.
Teknis analisis data dalam penelitian ini,
adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir)
maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut : (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis,
memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya
dilak-sanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang didalamnya
melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengkla-sifikasian, dan (3)
menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan
penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian
terhadap temuan penelitian.
G. Pengecekan Keabasahan Data
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan peneliti
dalam penelitian ini adalah dengan cara mencek ulang atau cross cek dari hasil
data penelitian yang dihasilkan dengan uji ulang ke lapangan atau lokasi
penelitian dengan cara memperpanjang waktu observasi yang mendalam. Keabsahan
data dapat diungkapkan dengan, (1) data apa yang masih perlu dicari, (2)
pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa yang harus diadakan untuk
mencari informasi baru, dan (4) kesalahan apa yang harus diperbaiki. Keabsahan
data merupakan konsep penting dalam membuktikan kesahihan (validitas) dan
keandalan (reliabilitas) suatu hasil penelitian. Dalam penelitian tindakan ini,
untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh maka, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh peneliti. Diantaranya :
1. Perpanjang siklus kegiatan penelitian
Dalam kegiatan
penelitian tindakan ini, agar didapatkan hasil penelitian yang optimal dan
mendekati keabsahan data hasil penelitian, maka langkah peneliti melakukan
kegiatan ini, dalam upaya meningkatkan dan membuktikan keabsahan data yang
diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan peneliti dalam
kegiatan pengamatan, akan membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian
yang valid dan reliabel. Ketekunan peneliti dalam penelitian ini ditunjukkan
pada kehadiran peneliti pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas dalam
serangkaian kegiatan penelitian tindakan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan
data penelitian, diantaranya :
a. Sumber
Sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam kualitatif, dengan jalan membandingkan data hasil dari: (1)
pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) apa yang dikatakan di depan umum
dan pribadi, (3) apa yang dikatakan dalam situasi penelitian dengan sepanjang
waktu, (4) pendapat beberapa orang berdasarkan tingkat pendidikan, dan (5)
wawancara dengan isi suatu dokumen.
b. Metode
Ada dua strategi dalam pengecekan derajat
kepercayaan, (1) hasil penemuan dengan teknik pengumpulan data, dan (2)
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Penyidik
Memanfaatkan peneliti
dengan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data.
d. Teori
Melaporkan hasil
penelitian disertai dengan penjelasan sebagaimana dikemukakan dalam
meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.
H. Tahap-tahap Penelitian
Tindakan penelitian yang direncanakan dalam
penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain
pembelajaran Berbasis Aktivitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
(2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pengajaran dengan
pembelajaran Berbasis Aktivitas yang meliputi: merancang dan menyusun bahan
ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas catatan
lapangan, pedoman observasi, pedoman analisi, dan catatan harian, dan (4)
Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data
penelitian kualitatif.
Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka
diperlukan suatu langkahlangkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian
dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian
tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantarannya: (1)
refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3)
peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan
rancangan tindakan.
1. Tahap l. Refleksi
Merupakan fase refleksi
awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah
merumuskan tema penelitian.
2. Tahap 2. Perencanaan
Merupakan fase
perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis
awal yang harus dilakukan, tentang strategi pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam
kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Dalam tahap ini diharapkan
(a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas tentang strategi pembe-lajaran
Berbasis Aktivitas dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema
tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran
tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time
schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f)
gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008 dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan
karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di
bahas oleh peneliti.
3. Tahap 3. Tindakan
Observasi
Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke
dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud
dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan,
peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi
adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan
kenyataan yang ada.
4. Tahap 4. Refleksi Akhir
Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b)
melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat
simpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
l. Paparan Data
Paparan data dalam pembahasan peneleitian
tindakan (action research) ini pada dasarnya menjabarkan tentang upaya
peningkatan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar melalui kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas. Ada beberapa hal cara meningkatkan
keterlibatan siswa dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar, diantaranya :
(1) guru diharapkan dapat mengenal dan membantu anak-anak yang kurang terlibat.
Selidiki apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi anak tersebut, (2) guru harus menyiapkan siswa secara
tepat, dan (3) sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual
siswa.
Berikut ini akan peneliti jabarkan hasil penelitian
tindakan berdasarkan siklus-siklus kegiatan. Diantaranya :
a. Kegiatan Siklus
1
Setelah kegiatan belajar mengajar dalam
serangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan
memaparkan hasil kegiatan pembelajaran siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, berkaitan dengan
upaya peningkatan motivasi belajar siswa dengan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas. Adapun secara rinci akan dipaparkan dari hasil observasi dan catatan
peneliti tentang aktivitas belajar, motivasi belajar, dan prestasi belajar
siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2007/2008.
Tabel
4.1
Distribusi hasil belajar
secara prosentase dari siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01
NO.
|
NAMA SISWA
|
NILAI
|
1
|
RISKA IMASSITOH
|
7
|
2
|
ARDINAK AJI SAPUTRO
|
6
|
3
|
BAYU SUPRIADI
|
7
|
4
|
BAYU WARTIKO AJI
|
8
|
5
|
BELYA OCTAVIA PUTRI
|
7
|
6
|
DICKY KURNIAWAN
|
6
|
7
|
EKO NUR ARIFIN
|
6
|
8
|
FEBY ANDIKA E.S
|
7
|
9
|
SEPTIN NURJANAH
|
6
|
10
|
UPIK HARGIANTI
|
5
|
11
|
ADHETIA PRATAMA
|
5
|
Berdasarkan data dari hasil evaluasi kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti, dapat didistribusikan data hasil belajar tersebut
dalam kegiatan pada siklus I. Data tersebut didistribusikan berdasarkan
perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian
kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas.
Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel
4.2
Distribusi Hasil
Evaluasi Belajar Siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar tahap Siklus 1
NO
|
NILAI
|
Frekwensi
|
Frekwensi %
|
Kategori
|
Prestasi Belajar
|
||||
l.
|
10
|
0
|
0.00%
|
Sangat Baik
|
2
|
9
|
0
|
0.00%
|
Baik
|
3
|
8
|
1
|
9,09%
|
Cukup Baik
|
4
|
7
|
4
|
36,36%
|
Cukup
|
5
|
6
|
4
|
36,36%
|
Sedang
|
6
|
5
|
2
|
18,18%
|
Kurang
|
Total:
|
|
11
|
100%
|
|
Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori
kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 2 dan prosentase
18.18%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase
36.36%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi
4 dan prosentase 36.36%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 1 dan
prosentase 9.09%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 0 dengan prosentase
0%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus 1 tersebut,
peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada
observasi pada siklus l didapatkan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada
peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya (menggunakan strategi
tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan
pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan hidup dan berjalan, tetapi
masih didominasi oleh siswa yang pandai.
Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan
peng-gunaan pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar,
selanjutnya strategi pembelajaran ini ditindaklanjuti pada kegiatan siklus
berikutnya.
Berdasarkan data pengamatan dan obeservasi
peneliti selama kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh data aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa bahwa aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas menunjukkan ada
peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh guru sebelumnya.
Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan motivasi belajar siswa mulai
meningkat.
b. Kegiatan Siklus 2
Kegiatan pada siklus 2, pada dasarnya sama
dengan apa yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan pada siklus 1 ini, yaitu dilaksanakan selama dua kali pertemuan
masing-masing pertemuan 2 X 40 menit. Adapun hasil dari kegiatan belajar
mengajar pada kegiatan siklus 2 ini, secara rinci akan dipaparkan sebagai
berikut di bawah ini.
Tabe1 4.3
Distribusi hasil belajar siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01
Tahun Pelajaran 2007/2008 pada kegiatan siklus 2
NO.
|
KODE
NAMA SISWA
|
NILAI
|
1
|
RISKA IMASSITOH
|
9
|
2
|
ARDINAK AJI SAPUTRO
|
7
|
3
|
BAYU SUPRIADI
|
8
|
4
|
BAYU WARTIKO AJI
|
9
|
5
|
BELYA OCTAVIA PUTRI
|
8
|
6
|
DICKY KURNIAWAN
|
7
|
7
|
EKO NUR ARIFIN
|
7
|
8
|
FEBY ANDIKA E.S
|
8
|
9
|
SEPTIN NURJANAH
|
8
|
10
|
UPIK HARGIANTI
|
7
|
11
|
ADHETIA PRATAMA
|
6
|
Data tersebut didistribusikan berdasarkan
perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian
kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas.
Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :
Tabe1 4.4
Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas V
SDN Klumutan 01 Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tahap Siklus 2
NO
|
NILAI
|
Frekwensi
|
Frekwensi %
|
Kategori
|
Prestasi Belajar
|
||||
l.
|
10
|
0
|
0.00%
|
Sangat Baik
|
2
|
9
|
2
|
18,18%
|
Baik
|
3
|
8
|
4
|
36,36%
|
Cukup Baik
|
4
|
7
|
4
|
36,36%
|
Cukup
|
5
|
6
|
1
|
9,09%
|
Sedang
|
6
|
5
|
0
|
0.00%
|
Kurang
|
Total:
|
|
11
|
100%
|
|
Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori
kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase
0%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 1 dan prosentase
9.09%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 4
dan prosentase 36.36%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 4 dan
prosentase 36.36%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase
18.18%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus 2 tersebut,
peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan penelitian sebagai berikut: (1)
terlihat ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya (menggunakan
strategi tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam
menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan hidup dan
berjalan, tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai.
Berdasarkan data pengamatan dan obeservasi
peneliti selama kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh data aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa bahwa aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas menunjukkan ada
peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh guru sebelumnya.
Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan motivasi belajar siswa mulai
meningkat.
Berdasarkan distribusi peningkatan keaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut menunjukkan hasil belajar yang
meliputi aktivitas, motivasi, dan prestasi belajar siswa semakin meningkat
dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Sebab dengan pembelajaran
berbasis aktivitas, semua siswa dapat melakukan aktivitas dalam kegiatan
belajar secara penuh dalam upaya meningkatkan tujuan pembelajaran yang optimal.
2. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan
dimasa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi yang
dilakukan oleh peneliti dan praktiksi dalam penelitian ini adalah dengan cara
mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan
tersebut meliputi: (a) analisis, (b) sintesis, (c) pemaknaan, (d) penjelasan,
dan (e) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan.
Berdasarkan paparan data tersebut, maka dapat
penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (a) strategi
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas
mampu membuat siswa dapat melakukan aktivitas belajar sesuai dengan
kemampuannya, sehingga akan berdampak pada hasil belajarnya, sehingga
didapatkan hasil belajar yang optimal, (b) Strategi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktifitas berdampak positif
terhadap upaya peningkatan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, (c) Karena penggunaan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan aktivitas dan
motivasi belajar siswa, maka otomatis, penggunaan strategi pembelajaran ini,
akan berdampak positif terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa, (d)
Strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini dapat diaplikasikan ke dalam
kegiatan belajar mengajar semua bidang studi, dan (e) Namun yang perlu dicatat,
bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
siswa, baik itu lingkungan belajar, maupun kemampuan masing-masing individu.
B. Pembahasan
Implementasi strategi pembelajaran berbasis
aktivitas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas V SD
Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2007/2008, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas,
motivasi, dan prestasi belajar siswa. Beberapa alasan penggunaan strategi
pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar agar didapatkan hasil
belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan berbasis aktivitas
digunakan dalam pengajaran di SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dimaksudkan untuk :
1. Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa.
Ada dua prinsip cara memandang motivasi,
(1) motivasi dipandang sebagai proses, dan (2) menentukan karakter dari proses
ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang
datang dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang dari
luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan
pribadinya. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran berbasis aktivitas mulai
nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan
pengamatan peneliti, beberapa siswa mulai antusias dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar yang disampaikan oleh guru. Pendekatan pembelajaran berbasis
aktivitas diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang berarti,
sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih
membuat siswa menjadi termotivasi dalam belajar. Selama ini pendekatan yang
digunakan dalam belajar hanya konvensional saja.
Temuan tersebut, senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Hamalik (2002), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang
belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai
tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri,
beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat. Pengajaran hendaknya
disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar siswa sebanyak
mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap
pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara
lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan menata kembali informasi yang
diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktek
lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas merupakan strategi yang memungkinkan
untuk membuat siswa aktif dalam belajar, sehingga diharapkan meningkatkan
prestasi siswa dalam belajar dapat diperoleh secara optimal.
2. Meningkatkan Prestasi
Siswa
Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi
belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut
mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan
dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam
bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan
prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau
nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa. Semakin tinggi nilai
yang dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang didapatkan.
3. Inovasi dalam
Strategi Pengajaran
Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi
belajar merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi
pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan
dalam proses belajar mengajar, (a) Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam
Memecahkan Masalah. Banyak ahli yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir
kreatif atau pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai proses penyadaran
(sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru (perkeliruan),
pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut,
pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan
hipotesis, dan (c) kreativitas merupakan bentuk pemecahan masalah yang
melibatkan intuitive leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan
yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat
bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan suatu
masalah.Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreativitas, mampu
berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah. Karena itu, melalui proses
belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu
menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memung-kinkan terjadinya penambahan
aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki
oleh siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu usaha
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Dampak
pendekatan berbasis aktivitas terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri
Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008
Dampak Positif, Dampak positif yang
didapatkan dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah: (1) siswa
lebih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif, (3) siswa lebih
berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih
bertanggungjawab, dan (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak
positif dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini adalah guru akan
lebih meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan berkembang
lebih baik.
Dampak Negatif. Dampak negatinya
adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu
tertinggal dalam proses belajarnya. Disisi lain siswa yang lebih kreatif dan
mempunyai kemampuan lebih akan merasa baik dibandingkan dengan siswa
dibawahnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan penelitian
tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan, diantaranya :
l. Strategi pembelajaran dengan
Pendekatan Pengajaran Berbasis Aktivitas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Studi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 diupayakan dapat meningkatkan
motivasi, prestasi, kreativitas, dan pemecahan masalah dalam belajar.
2. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas
merupakan salah satu komponen Contekstual Teaching and Learning (CTL).
Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
3. Strategi pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas dimungkinkan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa Kelas V SDN Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pokok bahasan Perilaku Terpuji.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat
dirumuskan saran-saran sebagai berikut: (1) Kepada guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam agar mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran
dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi.
Salah satu-nya adalah strategi pembelajaran berbasis aktivitas, (2) Kepada guru
yang mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, hendaknya selalu
mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada
siswa, dan (3) Strategi pembelajaran berbasis aktivitas bukan satu-satunya
strategi yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu
mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa
lebih vareatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, I. 1994. Proses
Perubahan di sekolah. Desertasi Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana
IKIP Malang
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative
Research In Education. Boston: Allyn & Bacon
Guba, E. G., & Lincoln, Y.S
1981 Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass
Publishers
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis
Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.
Universitas Indonesia, Jakarta
Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang:
Universitas Negeri Malang
Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Spradley, J., P. 1980. Participant
Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston
Suparno, P., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono,
S. 2001. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru
Profesional. Edisi Kedua. Cetakkan ke empat belas. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan
dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: Bayu
Media Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar