Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN




A. Latar Belakang Masalah
Terwujudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua komponen pendidikan termasuk masyarakat dan praktisi pendidikan. Oleh sebab itu dalam kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berpikir (minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir siswa terhadap kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan tiada henti. Hal ini dapat dilakukan apabila interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Sebab menurut USMAN(2002) interaksi dan hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berdasarkan pada pendapat tersebut, menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mutlak diperlukan. Namun yang lebih penting lagi dalam meningkatkan aktititas siswa tersebut adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 semester II menekankan pada peningkatan motivasi belajar siswa melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas. Mengapa harus pembelajaran berbasis aktivitas?
Beberapa alasan peneliti menggunakan pendekatan pengajaran berbasis aktivitas dalam mengajarankan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya: (1) asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar baik di dalam maupun diluar kelas, (2) asas aktivitas bertujuan mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu, (3) asas aktivitas dapat menikmati pengalaman-pengalaman estetis, (4) memecahkan suatu kesulitan intelektual, dan (5) memperoleh pengalaman dan ketrampilan tertentu.
Sedangkan alasan peneliti memilih mata pelajaran Pendidikan Agama Islam digunakan sebagai materi bahan pendekatan berbasis aktivitas, karena dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dapat membantu siswa untuk: (l) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengem-bangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep Pendidikan Agama Islam, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam sains dan teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan peme-cahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi, dan (l0) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Dari beberapa alasan pengambilan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian tindakan kelas Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pokok Bahasan Perilaku Terpuji dengan metode pendekatan berbasis aktivitas pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun dapat meningkat dan akhirnya akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
l. Apakah pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 ?
2. Bagaimanakah dampak kegiatan belajar mengajar yang menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasar pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Dampak kegiatan belajar mengajar yang menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa           Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Disisi lain penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkat-kan kualitas pendidikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada Sekolah Dasar umumnya.
2. Lembaga Sekolah
Sebagai masukan dalam menemukan hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil belajar yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.


3. Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun
Sebagai masukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksanaan pembelajaran di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian tindakan kelas.
4. Literatur
Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti lain, yang melakukan penelitian sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pokok Bahasan Perilaku Terpuji pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan peningkatan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam".

F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini terbatas pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

G. Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang harus ditegaskan dalam penelitian ini, agar dalam pembahasan hasil penelitian akan mengarah pada uraian yang lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Diantaranya :
1. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha yang muncul dari dalam diri seseorang, sehingga seseorang memiliki semangat untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang direncanakan.

2. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Pengajaran berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kamampuannya. Dengan demikian diharapkan dalam proses belajar mengajar ini didapatkan hasil belajar yang optimal.

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA



Salah satu fungsi pengajar adalah memberikan motivasi kepada pihak yang diajarnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Beberapa konsep dan teori yang telah dikemukakan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam mewujudkan berbagai upaya memberikan motivasi.
A. Prinsip-Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain:
l.  Prinsip kompetisi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi atau self competition adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan persaingan secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misalnya perlombaan karya tulis, siswa teladan dan sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
2. Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan, dan sebagainya. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja yang sebaik mungkin. Hal ini dapat dilakukan melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan sebagainya.
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyababkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proposional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
4. Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
5. Pemahaman hasil
Dalam uraian di atas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang akan merupakan balikan dari upaya yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut. Pengetahuan tentang balikan, mempunyai kaitan erat dengan tingkat kepuasan yang dicapai. Dalam kaitan ini, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentar-komentarnya. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
6. Pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada gilirannya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
7. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata-letak, fasilitas, dan sebagainya, demikian pula lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
8. Keteladanan
Perilaku pengajar (guru) secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa baik yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.

B. Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalanya karena terjadi perubahan dalam sistem perencanaan maka timbul motif lapar. Tapi ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
l. Jenis-Jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah dibahas di atas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis : (a) motivasi intrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-­tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sum-bangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain.
Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh Emerson, The reward of a thing well done is to have done it. Jadi jelaslah, bahwa motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan motivasi sesungguhnya atau disebut istilah sound motivation.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi kelas, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali pertentangan, dan persaingan yang bersifat negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru.
2. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self dicipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsi­-prinsip motivasi sebagai berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman
    Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar murid.
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforce-ment). Apabila sesuatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya tetap mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan meng-hasilkan murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.
f.  Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongannya.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila murid diberi kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
i. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya ujian yang mendadak, peraturan­-peraturan sekolah, dan lain-lain maka kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat erat hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri.Ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam mengupayakan peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal. Diantaranya: (a) Kebermaknaan. Pelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman­-pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Sesuatu yang menarik minat dan nilai tertinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada para siswa berperan serta memilih, (b) Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan menceramahkan/menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru, (c) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa, (d) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui/mengenali prasyarat-­prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang berprasyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari, (e) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing, (f) Latihan/Praktek yang Aktif dan Bermanfaat. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis, (g) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang, (h)Kurangi secara Sistematik Paksaan Belajar. Siswa perlu diberikan paksaan atau pemompaan. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri, dan (i) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi penga-jarannya menyenangkan.
3. Cara Mengaktifkan Motivasi Siswa
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut. (a) Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik, (b) Pujian. Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang, c) Hadiah. Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olahraga, (d) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar, (e) Persaingan. Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antarkelompok belajar, (f) Tujuan dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa, (g) Sarkasme. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru. (h) Penilaian. Penilaian secara berkesinambungan akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapatkan tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama, (i) Karyawisata dan Ekskursi. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan, (j) Film Pendidikan. Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna, dan (k) Belajar melalui radio. Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengar-kan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.

C. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan yang sebaik-baiknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang baik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
l. Pengamatan akan lebih efektif kepada rangsangan-rangsangan yang mempunyai struktur dan bentuk yang jelas. Oleh karena itu, hal-hal yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan organisasi yang jelas.
2. Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan lebih berkesan. Oleh karena itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan hal-hal yang akan dipelajari.
3. Pengamatan di pengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, pada waktu guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan pengalaman-pengalaman siswa.
4. Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan diajarkan, sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian yang lebih khusus.
5. Pengamatan dipengaruhi oleh peringkat perkembangan individu. Oleh karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan peringkat perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif.
6. Terdapat perbedaan individual dalam pengamatan. Tiap individu mempunyai macam gaya pengamatan (ada gaya visual, auditif, taktis, dan kinestetik). Oleh karena itu pengajaran hendaknya disesuaikan dengan gaya pengamatan masing­-masing siswa.
Beberapa faktor dapat menimbulkan terjadinya kesalahan atau kelainan pengamatan, seperti rangsangan yang kurang jelas, kurangnya perhatian siswa, pengalaman di masa lampau, kurang baiknya alat indera, lingkungan yang mengganggu, dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) mental, dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.


3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio
4. Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
    Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan oleh guru atau masalah yang sedang dibahas.

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu siswa memenuhi kebutuhan pribadi, sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep Pendidikan Agama Islam, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa pada proses dan produk dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum diharapkan akan mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dan fleksibel. Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan ketrampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4) membekali siswa dengan ketrampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan yang diperlukan.

E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah                : SDN Klumutan 01
Mata Pelajaran               : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester             : V/Dua
Pertemuan Ke-               : 35 sampai dengan 39
Alokasi Waktu                : 12 x 35 menit
Standar Kompetensi      : Membiasakan perilaku terpuji
I. Kompetensi Dasar
• Meneladani perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
• Meneladani perilaku Khalifah Umar bin Khattab r.a.
II. Indikator
1.  Menjelaskan cara-cara meneladani sifat kedermawanan Abu Bakar as-Siddiq r.a. serta perilaku berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
2.  Menjelaskan cara-cara meneladani sifat keberanian Khalifah Umar bin Khattab r.a. serta perilaku berani membela agama Islam dan kebenaran yang ditunjukkan Khalifah Umar bin Khattab r.a.
III. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa diharapkan dapat meneladani perjuangan Khalifah Abu Bakar as- Siddiq r.a.
2. Siswa diharapkan dapat meneladani perjuangan Khalifah Umar bin Khattab r.a.
IV. Materi Ajar
Perilaku terpuji
V. Metode Belajar
Demonstrasi, hafalan, dan resitasi

VI. Sumber Belajar
1.  Buku Khazanah Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar 5 terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
2.  Kertas panel untuk bahan diskusi
VII. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1.  Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa bersama.
2.  Guru memimpin tadarus bersama selama 5–10 menit dengan membaca Al-Qur’an atau halaman tadarus pada buku Khazanah PendidikanAgama Islam SD 5 terbitan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3.  Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dengan kompetensi dasarnya.
B. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, guru dan siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.
1. Eksplorasi
a. Guru-siswa bertanya jawab tentang perjuangan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a.
b.  Siswa berdiskusi tentang perjuangan Khalifah Umar bin      Khattab r.a.
2. Konsolidasi Pembelajaran
a.  Guru menganjurkan kepada para siswa agar meneladani perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.
b.  Siswa berdiskusi tentang perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Khalifah Umar bin Khattab r.a. yang perlu diteladani.
3. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Guru menyuruh siswa menerapkan keteladanan dari perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Khalifah Umar bin Khattabr.a. dalam kehidupan sehari-hari.
C. Kegiatan Akhir (Penutup)
1.  Para siswa memasang hasil diskusi yang sudah disempurnakan pada papan pajangan.
2.  Para siswa dianjurkan membuat map portofolio untuk menyimpan dokumen-dokumen penting dari hasil pembelajaran.
3.  Guru meminta kepada siswa agar selalu mempelajari pelajaran yang telah dan akan diajarkan.
4.  Guru menutup/mengakhiri pelajaran dengan mengajak para siswa membaca hamdalah/doa bersama-sama.
5.  Guru mengucap salam dan siswa menjawab dengan serentak.


VIII. Penilaian
Pembahasan mengenai penilaian meliputi tiga hal, yaitu tes lisan, tertulis,dan perbuatan.
A. Tes Lisan
Setiap siswa diminta untuk menjelaskan mengenai kisah para rasul dan berbagai keistimewaannya
B. Tes Tertulis
Guru memberikan beberapa soal tertulis sesuai dengan kemampuan siswa.
C. Tes Perbuatan
Guru meminta siswa untuk mengambil pelajaran dari sikap dan perilaku Khalifah Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a.









BAB III
METODE PENELITIAN



A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan ketram-pilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk meme-cahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003)
Carn dan Kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan inquiry melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.


B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab peneliti dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini.
Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan serta dalam penelitian kualitatif, diantaranya; (a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus (focused observations) untuk menemukan kategori-kategori utama tentang fokus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif (selective observations) untuk menemukan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian.



C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Sedangkan Subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.

D. Sumber Data
Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah Guru Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun dan siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan obeservasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data
Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya :
l. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list).
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Menurut Arifin (1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya. Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Moleong (2000), maksud mengadakan wawancara antara lain untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain.
Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawancara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).
Namun dalam pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang disampaikan kepada informan berdasarkan ruang lingkup penelitian.
3. Dokumentasi
Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982).
Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.
Moleong (1995:103) mengemukakan, "analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data". Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Selanjutnya Miles & Hubermen (1984) menerapkan tiga alur kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan, yaitu: (1) Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan, (2) Penyajian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan (3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar dapat menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu subjek.
Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas.
Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilak-sanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengkla-sifikasian, dan (3) menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.

G. Pengecekan Keabasahan Data
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara mencek ulang atau cross cek dari hasil data penelitian yang dihasilkan dengan uji ulang ke lapangan atau lokasi penelitian dengan cara memperpanjang waktu observasi yang mendalam. Keabsahan data dapat diungkapkan dengan, (1) data apa yang masih perlu dicari, (2) pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa yang harus diadakan untuk mencari informasi baru, dan (4) kesalahan apa yang harus diperbaiki. Keabsahan data merupakan konsep penting dalam membuktikan kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) suatu hasil penelitian. Dalam penelitian tindakan ini, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh maka, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti. Diantaranya :
1. Perpanjang siklus kegiatan penelitian
    Dalam kegiatan penelitian tindakan ini, agar didapatkan hasil penelitian yang optimal dan mendekati keabsahan data hasil penelitian, maka langkah peneliti melakukan kegiatan ini, dalam upaya meningkatkan dan membuktikan keabsahan data yang diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
    Ketekunan peneliti dalam kegiatan pengamatan, akan membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian yang valid dan reliabel. Ketekunan peneliti dalam penelitian ini ditunjukkan pada kehadiran peneliti pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan.
3. Triangulasi
    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian, diantaranya :

a. Sumber
Sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam kualitatif, dengan jalan membandingkan data hasil dari: (1) pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) apa yang dikatakan di depan umum dan pribadi, (3) apa yang dikatakan dalam situasi penelitian dengan sepanjang waktu, (4) pendapat beberapa orang berdasarkan tingkat pendidikan, dan (5) wawancara dengan isi suatu dokumen.
b. Metode
Ada dua strategi dalam pengecekan derajat kepercayaan, (1) hasil penemuan dengan teknik pengumpulan data, dan (2) beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Penyidik
    Memanfaatkan peneliti dengan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
d. Teori
    Melaporkan hasil penelitian disertai dengan penjelasan sebagaimana dikemukakan dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh.

H. Tahap-tahap Penelitian
Tindakan penelitian yang direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain pembelajaran Berbasis Aktivitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar, (2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pengajaran dengan pembelajaran Berbasis Aktivitas yang meliputi: merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisi, dan catatan harian, dan (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif.
Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah­langkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.

1. Tahap lRefleksi
    Merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema penelitian.
2. Tahap 2. Perencanaan
    Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang strategi pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas tentang strategi pembe-lajaran Berbasis Aktivitas dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti.
3. Tahap 3Tindakan Observasi
Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.
4. Tahap 4Refleksi Akhir
Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan.







BAB IV
 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Penelitian
l. Paparan Data
Paparan data dalam pembahasan peneleitian tindakan (action research) ini pada dasarnya menjabarkan tentang upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas. Ada beberapa hal cara meningkatkan keterlibatan siswa dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar, diantaranya : (1) guru diharapkan dapat mengenal dan membantu anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut, (2) guru harus menyiapkan siswa secara tepat, dan (3) sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Berikut ini akan peneliti jabarkan hasil penelitian tindakan berdasarkan siklus-siklus kegiatan. Diantaranya :


a. Kegiatan Siklus 1
Setelah kegiatan belajar mengajar dalam serangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil kegiatan pembelajaran siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, berkaitan dengan upaya peningkatan motivasi belajar siswa dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun secara rinci akan dipaparkan dari hasil observasi dan catatan peneliti tentang aktivitas belajar, motivasi belajar, dan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008.
Tabel 4.1
Distribusi hasil belajar secara prosentase dari siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01

NO.
NAMA SISWA
NILAI
1
RISKA IMASSITOH
7
2
ARDINAK AJI SAPUTRO
6
3
BAYU SUPRIADI
7
4
BAYU WARTIKO AJI
8
5
BELYA OCTAVIA PUTRI
7
6
DICKY KURNIAWAN
6
7
EKO NUR ARIFIN
6
8
FEBY ANDIKA E.S
7
9
SEPTIN NURJANAH
6
10
UPIK HARGIANTI
5
11
ADHETIA PRATAMA
5
Berdasarkan data dari hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat didistribusikan data hasil belajar tersebut dalam kegiatan pada siklus I. Data tersebut didistribusikan berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas V
SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tahap Siklus 1

NO
NILAI
Frekwensi
Frekwensi %
Kategori
Prestasi Belajar
l.
10
0
0.00%
Sangat Baik
2
9
0
0.00%
Baik
3
8
1
9,09%
Cukup Baik
4
7
4
36,36%
Cukup
5
6
4
36,36%
Sedang
6
5
2
18,18%
Kurang
Total:

11
100%



Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 2 dan prosentase 18.18%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 1 dan prosentase 9.09%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 0 dengan prosentase 0%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus 1 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada observasi pada siklus l didapatkan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya (menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai.
Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan peng-gunaan pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar, selanjutnya strategi pembelajaran ini ditindaklanjuti pada kegiatan siklus berikutnya.
Berdasarkan data pengamatan dan obeservasi peneliti selama kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan motivasi belajar siswa mulai meningkat.
b. Kegiatan Siklus 2
Kegiatan pada siklus 2, pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada siklus 1 ini, yaitu dilaksanakan selama dua kali pertemuan masing-masing pertemuan 2 X 40 menit. Adapun hasil dari kegiatan belajar mengajar pada kegiatan siklus 2 ini, secara rinci akan dipaparkan sebagai berikut di bawah ini.
Tabe1 4.3
 Distribusi hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01
Tahun Pelajaran 2007/2008 pada kegiatan siklus 2

NO.
KODE NAMA SISWA
NILAI
1
RISKA IMASSITOH
9
2
ARDINAK AJI SAPUTRO
7
3
BAYU SUPRIADI
8
4
BAYU WARTIKO AJI
9
5
BELYA OCTAVIA PUTRI
8
6
DICKY KURNIAWAN
7
7
EKO NUR ARIFIN
7
8
FEBY ANDIKA E.S
8
9
SEPTIN NURJANAH
8
10
UPIK HARGIANTI
7
11
ADHETIA PRATAMA
6

Data tersebut didistribusikan berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :
Tabe1 4.4
Distribusi Hasil Evaluasi Belajar Siswa Kelas V SDN Klumutan 01 Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tahap Siklus 2

NO
NILAI
Frekwensi
Frekwensi %
Kategori
Prestasi Belajar
l.
10
0
0.00%
Sangat Baik
2
9
2
18,18%
Baik
3
8
4
36,36%
Cukup Baik
4
7
4
36,36%
Cukup
5
6
1
9,09%
Sedang
6
5
0
0.00%
Kurang
Total:

11
100%



Dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 1 dan prosentase 9.09%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 4 dan prosentase 36.36%. nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 2 dengan prosentase 18.18%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus 2 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya (menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah tekesan hidup dan berjalan, tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai.
Berdasarkan data pengamatan dan obeservasi peneliti selama kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh data aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dapat dilihat data yang didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, menunjukkan motivasi belajar siswa mulai meningkat.
Berdasarkan distribusi peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut menunjukkan hasil belajar yang meliputi aktivitas, motivasi, dan prestasi belajar siswa semakin meningkat dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Sebab dengan pembelajaran berbasis aktivitas, semua siswa dapat melakukan aktivitas dalam kegiatan belajar secara penuh dalam upaya meningkatkan tujuan pembelajaran yang optimal.
2. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan praktiksi dalam penelitian ini adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (a) analisis, (b) sintesis, (c) pemaknaan, (d) penjelasan, dan (e) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan.
Berdasarkan paparan data tersebut, maka dapat penelitian tindakan ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (a) strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas mampu membuat siswa dapat melakukan aktivitas belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan berdampak pada hasil belajarnya, sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal, (b) Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktifitas berdampak positif terhadap upaya peningkatan motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, (c) Karena penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa, maka otomatis, penggunaan strategi pembelajaran ini, akan berdampak positif terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa, (d) Strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar semua bidang studi, dan (e) Namun yang perlu dicatat, bahwa penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, baik itu lingkungan belajar, maupun kemampuan masing-masing individu.

B. Pembahasan
Implementasi strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas, motivasi, dan prestasi belajar siswa. Beberapa alasan penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar agar didapatkan hasil belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan berbasis aktivitas digunakan dalam pengajaran di SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 dimaksudkan untuk :
1. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Ada dua prinsip cara memandang motivasi, (1) motivasi dipandang sebagai proses, dan (2) menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan pribadinya. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran berbasis aktivitas mulai nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa siswa mulai antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh guru. Pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa menjadi termotivasi dalam belajar. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam belajar hanya konvensional saja.
Temuan tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (2002), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas merupakan strategi yang memungkinkan untuk membuat siswa aktif dalam belajar, sehingga diharapkan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar dapat diperoleh secara optimal.
2. Meningkatkan Prestasi Siswa
Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang didapatkan.
3. Inovasi dalam Strategi Pengajaran
Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam proses belajar mengajar, (a) Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah. Banyak ahli yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru (perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan hipotesis, dan (c) kreativitas merupakan bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intuitive leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan suatu masalah.Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreativitas, mampu berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah. Karena itu, melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memung-kinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu usaha dalam pencapaian tujuan pembelajaran.


4. Dampak pendekatan berbasis aktivitas terhadap motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008

Dampak Positif, Dampak positif yang didapatkan dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah: (1) siswa lebih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif, (3) siswa lebih berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab, dan (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak positif dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini adalah guru akan lebih meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik.
Dampak Negatif. Dampak negatinya adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam proses belajarnya. Disisi lain siswa yang lebih kreatif dan mempunyai kemampuan lebih akan merasa baik dibandingkan dengan siswa dibawahnya.





BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya :
l.  Strategi pembelajaran dengan Pendekatan Pengajaran Berbasis Aktivitas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 diupayakan dapat meningkatkan motivasi, prestasi, kreativitas, dan pemecahan masalah dalam belajar.
2. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu komponen Contekstual Teaching and Learning (CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
3. Strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dimungkinkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN Klumutan 01 Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2007/2008 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan Perilaku Terpuji.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut: (1) Kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam agar mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu-nya adalah strategi pembelajaran berbasis aktivitas, (2) Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa, dan (3) Strategi pembelajaran berbasis aktivitas bukan satu-satunya strategi yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih vareatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.



DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, I. 1994. Proses Perubahan di sekolah. Desertasi Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana IKIP Malang
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon
Guba, E. G., & Lincoln,  Y.S 1981 Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta
Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang
Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston
Suparno, P., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. Cetakkan ke empat belas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing


Tidak ada komentar: