BAB
I
PENDAHULUAN
Sejatinya, kurikulum tidak
hanya berisi serangkaian petunjuk teknis materi pelajaran. Lebih dari itu,
kurikulum merupakan sebuah progam terencana dan menyeluruh, yang menggambarkan
kualitas pendidikan suatu lembaga, mulai dari lembaga tingkat sekolah, tingkat
wilayah kecamatan, kabupaten, propinsi dan bangsa. Dengan sendirinya, kurikulum
memegang peran strategis dalam kemajuan lembaga tersebut.
Kurikulum tidah seharusnya
bersifat statis, karena dengan seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan
kehidupan dalam masyarakat menjadikan kurikulum senantiasa berkembng dan
menyelaraskan dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
berupa proses dinamis dan integratif perlu diupayakan, melalui langkah-langkah
pengembangan kurikulum yang sistematis, profesional dan melibatkan seluruh
aspek-aspek kurikulum yang terkait yang berguna untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Pemakalah mencoba untuk mendiskusikan langkah-langkah
pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kriteria dinamis dan integratif serta
tepat dalam pendidikan.
BAB II
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
KURIKULUM
A.
Pengertian
Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Langkah-langkah dapat disebutkan sebagai
tahapan-tahapan atau tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan tertentu.[1]
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) langkah-langkah dapat
juga diartikan sebagai tahap-tahap atau bagian-bagian untuk mencapai suatu
tujuan.[2]
Sedangkan istilah pengembangan adalah menunjukkan
pada suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu alat atau cara yang ataupun
merevisi sesuatu yang telah ada menjadi baik. Selama kegiatan itu dilaksanakan
dengan maksud mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan yang akhirnya alat atau
cara tersebut dipandang cukup bagus untuk digunakan seterusnya maka berakhirlah
kegiatan pengembangan.[3] Sedangkan
pengembangan berasal dari kata kembang yang artinya besar, luas dan banyak.
Maka dari itu pengembangan merupakan suatu proses untuk menjadikan sesuatu
menjadi lebih maju, lebih luas dan menjadi sempurna.[4]
Pengertian pengembangan di atas sangat berlaku dalam
bidang kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup segala aspek
penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai
dengan penilaian-penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang
dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas
dasar hasil penilaian.
Terdapat banyak pengertian tentang kurikulum, yang
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan.Selain itu,
juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya.Pengetian kurikulum mulai dari yang sangat sederhana, yakni kurikulum
merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran sampai dengan kurikulum sebagai
kegiatan sosial. Pengertian kuriklum akan mempengaruhi praktik-praktik
pengembangan kurikulum.[5]
Menurut pandangan lama kurikulum merupakan kumpulan
mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta
didik, seperti dikemukakan oleh Zais (1976), yaitu kurikulum sebagai: a racecourse of subject metters to be
mastered.[6]
Dalam situasi dan kondisi tertentu pandangan ini
masih dipakai sampai sekarang.Pandangan yang muncul selanjutnya, beralih dari
menekankan pada isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar, sekaligus
perubahan ruang lingkup, yakni dari konsep yang sempit menjadi lebih luas.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga
peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain
keiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan yang tak formal.Yang
terakhir ini sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra-kurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).[7]
Pengertian kurikulum secara Etimologis, Webster’s Third New International Dictionary
menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere. Dalam bahasa latincurere berarti berlari cepat,
tergesa-gesa, menjalani. Curere dikatabendakan menjadu kurikulum
berarti berari cepat, pacuan, balapan, perjalanan, satu pengalaman tanpa
berhenti.Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Dep. P dan K kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh.[8]
Pengertian kurikulum secara tradisioal, menurut
William B. Rogan, beliau mengemukakan Traditionally,
the curriculum has meant the subject thugh in school or course of study.
Pada pertengahan abad ke-20 pengertiankurikulum berkembang dan dipakai dalam
dunia pendidikan berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
untuk kenaikan kelas atau memperoleh ijazah.[9]
Pengertian kurikulum secara modern, menurut Saylor
dalam bukunya curriculum planning.Mengemukakan pengertian kurikulum adalah
keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung di kelas,
di halaman maupun di luar sekolah.[10]
Dari beberapa defenisi kurikulum yang telah
dikemukakan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa kurikulum bukan hanya
merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional,
yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di
dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum sedangkan kegiatan
yang berlangsung di kelas merupakan kurikulum fungsional.
Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan
kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai
pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dengan harapan
agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya atau adanya perubahan/merevisi
atau peralihan total dari suatu kurikulum ke kurikulum lain.[11]
Jadi, langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah
merupakan suatu usaha untuk merevisi, memperluas, dan mengadakan
penyempurnaan-penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah ada, dengan
menggunakan tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.Oleh karena itu hendaknya
pengembngan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif dan aplikatif.Adaptif
disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan peserta didik.Antisipasi bermakna kurikulum harus dapat selalu siap
untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.
Pengembangan kurikulum ialah
mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena
adanya berbagai pengaruh positif yang datangnya dari luar ataupun dari dalam
dengan harapan agar peserta didik mampu untuk menghadapi masa depannya. Oleh
karena itu hendaknya pengembngan kurikulum harus bersifat adaptif, antisipatif
dan aplikatif. Adaptif disini yaitu pengembangan kurikulum harus disesuaikan
dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik. Antisipasi bermakna kurikulum harus
dapat selalu siap untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.
Pengaruh globalisasi membuat
perubahan di segala aspek termasuk di bidang pendidikan, khususnya kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum perlu dijawab berbagai pertanyaan, yaitu:
1. Apa yang dikembangkan?
Sesuai dengan pengertian
kurikulum yaitu suatu progam pendidikan. Yang berisi tentang
a. Progam dan sistem penjenjangan
b. Sistem kredit
c. Sistem semester
d. Sistem administrasi
e. Sistem bimbingan
f. Sistem evaluasi
Yang pada dasarnya terdapat 4
aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
a) Merencanakan progam
b) Karakteristik peserta didik
c) Tujuan yang akan dicapai
d) Kriteria-kriteria untuk mencpai tujuan
Yang jelas yang dikembangkan
dalam pengembangan kurikulum yaitu yang sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila
dan memperhatikan perkembangan IPTEK dan peserta didiknya.[12]
2. Siapa yang mengembangkan kurikulum?
Yang mengembangkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan kurikulum.
a. Pihak produsen
Yaitu para ahli yang sesuai pada
lembaga pendidikan, misalnya beberapa narasumber yang ada di Dinas Depdiknas,
Dikti
b. Pihak konsumen
Yaitu dapat diambil dari
berbagai perusahaan, perindustrian, bank, BUMN dll
c. Pihak yang ahli relevan
Yaitu para ahli yang menguasai
suatu bidang tertentu seperti metodologi, psikologi filosof, sosiologi
teknologi pendidikan dll
d. Pihak guru
Yaitu guru-guru yang telah
memenuhi syarat. Guru-guru yang ahli di bidangnya, guru ikut berpartisipasi
dalam pembuatan kurikulum karena guru adalah orang yang terjun langsung
melakukan pembelajaran kepada peserta didik.[13]
Semua komponen penyusun
kurikulum harus terintegrasi dan saling terkait. Karena kurikulum tersusun jika
semua komponennya membentuk satu kesatuan dan saling menyetujui, dari mulai
produsen, konsumen, ahli relevan dan juga guru.
Tim tersebut akan menghasilkan
suatu kurikulum tertulis. Perubahan yang menuju perkembangan kurikulum akan
dapat terlaksana jika:[14]
a) Ada perubahan kebijakan pejabat yang berwenang
b) Terkena pengaruh dari luar
c) Ditemukan penelitian baru
d) Kurikulum yang berlaku sudah ketinggalan jaman
e) Perubahan teknologi
B.
Langkah-
Langkah Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai
perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak secara keseluruhan,
khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu
dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Dalam pengembangannya,
kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang secara langsung
ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang
dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa,
pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat
lainnya.
Perkembangan kurikulum
merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk
dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model
dapat mengatur proses.
Kurikulum sebagai
perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak secara keseluruhan,
khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu
dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Dalam pengembangannya,
kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang secara langsung
ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang
dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa,
pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat
lainnya.
Perkembangan kurikulum
merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk
dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model
dapat mengatur proses.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh
langkah-langkah:[15]
1.
Perumusan tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai
kebutuhan, tuntutan dan harapan.Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu
pengetahuan.
Hilda Taba dalam S.
Nasution memberikan beberapa petunjuk tentang cara merumuskan tujuan antara
lain:[16]
a. Tujuan
hendaknya berdimensi dua, yakni mengandung unsur proses dan produk. Yang
termasuk unsur proses antara lain: menganalisis, menyintesa, menginterpretasi,
dan sebagainya. Sedangkan produk adalah bahan atau materi yang terdapat dalam
tiap mata pelajaran. Jadi tujuan dapat berbunyi: menganalisis sebab-sebab
terjadinya banjir, menafsirkan makna kejujuran, memahami dan menghafal
rumus-rumus tentang gravitasi dan lainnya
b. Menganalisis
tujuan yang bersifat umum dan kompleks menjadi spesifik sehingga diperoleh
bentuk kelakuan yang diharapkan dapat diamati
c. Memberi
petunjuk tentang pengalaman apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Misalnya menghasilkan karya sastra tidak diperoleh dengan hanya sekedar membaca
karya sastra, akan tetapi dengan cara membuat suatu karangan yang mengandung
corak seni
d. Menunjukkan
bahwa suatu tujuan tidak selalu dicapai segera akan tetappi adakalanya memakan
waktu yang lama, seperti berpikir kritis, menghargai seni sastra, dan
sebagainya
e. Tujuan
harus realistis dan harus dapat diterjemahkan dalam bentuuk kegiatan atau
pengalaman belajar tertentu
f. Tujuan itu harus kkomprehensif, menyeluruh.
Artiya meliputi segaka tujuan yang ingin dicapai disekolah, bukan hanya
penyampaian informasi, akan tetapi juga ketrampilan berpikir, hubungan sosial,
sikap terhadap bangsa da negara dan lainnya.
Dalam merumuskan tujuan hendaknya berdasarkan kebutuhan,
tntutan dan harapan, serta dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor
masyarakat, siswa sendiri dan ilmu pengetahuan.Manfaat dari terumusnya tujuan
kurikulum madalah dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain
model kurikulum sehingga dapat digunakkan juga untuk membantu guru dalam
mengembangkan pengajaran atau mendesain suatu pembelajaran.
2.
Menentukan isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan
akan di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman belajar ini dapat
berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman
belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
Dalam pengorganisasian materi pemilihan bisa menggunakan
metode, strategi serta teknik yang disesuaikan dengan sifat materi yang akan
disampaikan. Pemilihan juga dapat dilakukan melaui pengalaman visual, suara dan
lain-lain serta disesuaikan dengan minat belajar yang sesuai dengan perkembangan
mental dan fisik. Ini dilakukan agar dapat merangsang siswa lebih kreatif dan
aktif. Pengorganisasian materi sangat erat hubungannya dengan tujuan kurikulum.
Oleh karena itu dalam menentukan isi matteri hendaknnya memperhatikan tujuan
akhir pendidiikan. Sehingga dalam menyusun isi kurikulum tidak bertetangan
dengan tujuan kurikulum yang telah ditetpkan.
Burhan Nurgiyanto (1988:100) menyatakan bahan pelajaran
atai isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Apa
yang diberikan sekolah kepada anak didik itulah yang disebut isis kurikulum.
Dengan merancang tujuan kurikulum, maka semua jam dan aktivitas pendidikan
dapat terarah dengan baik, dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tuujuan
pendidikan.
3. Pengorganisasian
Pengalaman Belajar
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujuan
dan pengalaman-pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan
mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
Pegalaman belajar yang dimaksud disini adalah pengalaman
belajar yag diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran. Pengembang kurikulum
dapat menentukan pengalaman belajar siswa yaitu dengan seberapa besar aktifitas
seorang siswa terhadap lingkungan.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar yaitu:
a.
Pengorganisasian
secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajian yang
sama dalam tingkatan yang berbeda
b.
Pengorganisasian secara horizontal adalah
menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam
tingkatan yang sama.[17]
4.
Merumuskan evaluasi
Evaluasi secara
etimologis berasal dari kata “evaluation” yang berarti “penilaian terhadap
sesuatu”. Mengevaluasi berarrti memberi atau menilai apakah sesuatu itu bernilai
atau tidak. Adapun yang dimaksud disini adalah evaluasi kurikulum yaitu sejauh
mana efektifitas dan dan vitalis kurikulum dalam mencapai tujuan. Evaluasi
dapat memberikan informasi paling akurat dalam kemampuan akademik siswa, dan
dapat menunjukkan bagaimana murid itu tumbuh.Sehingga dalam hal ini pembimbing
atau pengajar dapat menentukan kemajuan dan kedudukan siswa. Penilaian
dilakukan sebagai hasil seberapa besar tujuan tujuan pengembangan itu
terealisasikan atau tercapai dengan baik. Setelah mengetahui pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan, maka dilakukan penyempurnaan kurikulum.
Langkah Evaluasi
kurikulum ini mencakup empat hal:
a. Evaluasi
tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b. Evaluasi
desain kurikulum
c. Evaluasi
hasil belajar
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai
di jelaskan di muka.Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai
dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di lakukan
secara terus menerus.
Pegembangan
kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection
of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).[19]
1.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective).
Terdapat
tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran yaitu:
a.
Memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student),
masyarakat (source of society), dan konten (source of content)
b.
Merumuskan tentative general objective atau standar
kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian
di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology
of learning)
c.
Merumuskan precise education atau kompetensi
dasar (KD).
2.
Merumuskan dan Menyeleksi
Pengalaman-Pengalaman Belajar (selection of learning experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami
definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of
learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau
dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar
berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang
ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan
pengalaman belajar yaitu:
a.
Pengalaman belajar yang
diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai
b.
Pengalaman belajar harus
cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku
yang diimplakasikan oleh sasaran hasil
c.
Reaksi yang diinginkan
dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat)
d.
Pengalaman belajar yang berbeda dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama, dan
e.
Pengalaman belajar yang
sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes)
3.
Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman
Belajar (organization of learning experiences)
Pengorganisasi atau disain
kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam
pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang
mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum
bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu
kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk
mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek
pendidikan yang akan disampaikan.
4.
Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam
pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam
pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan
, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan
keputusan.
C.
Langkah-
Langkah Pengembangan Kurikulum Secara Makro (Luas)
Kurikulum sebagai
perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak secara keseluruhan,
khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu
dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Dalam pengembangannya,
kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang secara langsung
ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang
dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa,
pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat
lainnya.
Perkembangan kurikulum
merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk
dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model
dapat mengatur proses.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu langkah-langkah pengembangan kurikulum secara makro
atau luas dan langkah pengembangan kurikulum secara mikro atau sempit.
Secara makro, faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum adalah dari segi azas sosiologi, filosofis, historis,
psikologis dan scientific. Sedangkan
dalam pengembangan kurikulum secara mikro desain kurikulum yang dilaksanakan
pada sekolah-sekolah tertentu.[20]
Sangat tepat sekali penegasan Alexander dan Sayler
dalam buku Sukanto: It is one of the most
pivotal corcers in the whole crea of curriculum planning. Kita dapat
memperluas desain kurikulum bukan hanya merupakan proses perencanaan kurikulum
tetapi juga proses pengembangan kurikulum.[21]
Menurut Hendyat dan Wasty dalam buku Neliwati, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum secara makro (luas)
yaitu sebagai berikut:[22]
1. Pengaruh
faktor yang mendorong terhadap pembaharuan kurikulum, seperti tujuan tertentu
yang awalnya dipengaruhi faktor sejarah, sosiologis, falsafah, psikologis dan
ilmu pengetahuan. Kemudian pengaruh faktor penemuan riset.
2. Inisiasi
pengembangan, yaitu proses pengambilan keputusan dalam sistem pendidikan mengenai
suatu pengembangan yang hendak dilaksanakan
3. Iovasi
kurikulum baru yang harus mengikuti fase-fase tertentu seperti: pelaksanaan
percobaan dan mengadakan evaluasi maupun revisi materi dan metode, selanjutnya
penyebaran
4. Difusi
atau penyebaran pengetahuan dan pengertian pengembangan kurikulum di luar
lembaga pengembangan
5. Implementasi
kurikulum yang telah dikembangkan di sekolah-sekolah. Setelah sekolah dan
masyarakat umum responsif, maka kurikulum baru dapat diterapkan di sekolah
6. Evaluasi
kurikulum, yaitu para pengembang kurikulum mengadakan penilaian terhadap
kurikulum yang telah dilaksanakan dengan mendapat umpan balik dari pada guru,
murid, administrator sekolah, orang tua siswa dan BP3 (Komite Sekolah). Hasil
evaluasi ini nantinya dimanfaatkan untuk mengadakan revisi dan pengembangan
selanjutnya.
Sama halnya yang dikemukan oleh Sukanto dan Salim
dalam bukunya, langkah-langkah pengembangan kurikulum makro yaitu sebagai
berikut:[23]
1. Pengaruh
faktor-faktor yang mendorong pembaharuan kurikulum
a. Tujuan
(objectivitas tertentu) yang permulaannya didorong oleh pengaruh faktor
sejarah, sosiologis, falsafah, psikologis dan ilmu pengetahuan
b. Hasil-hasil
penemuan research dalam interaksi belajar mengajar
c. Tekanan-tekanan
baik yang berasal dari kelompok penekan maupun pengujian-pengujian eksternal
2. Inisiasi
pengembangan. Proses pengambilan keputusan baik di dalam maupun di luar sistem
pendidikan mengenai satu pengembangan atau inovasi kurikulum tertentu hendak
dilaksanakan
3. Inovasi
kurikulum baru. Kurikulum baru ini dikembangkan melalui proyek-proyek
pengembangan kurikulum yang harus mengikuti fase-fase:
a. Penentuan
tujuan-tujuan kurikulum
b. Produksi
matereals dan penciptaan metode-metode belajar yang sesuai
c. Pelaksanaan
percobaan-percobaan terbatas pada sekolah-sekolah
d. Evaluasi
dan revisi matereals dan metode
e. Penyebaran
yang tak terbatas matereals dan metode yang sudah direvisi
4. Difusi
(penyebaran) pengetahuan dan pengertian tentang pengembangan kurikulum di luar
lembaga-lembaga pengembangan kurikulum. Hasil-hasil percobaan kurikulum
disebarluaskan di sekolah-sekolah dan masyarakat umum melalui penanaman
pengertian sehingga mereka akan responsif terhadap pembaharuan yang hendak
dilaksanakan
5. Implementasi
kurikulum yang telah dikembangkan di sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah dan masyarakat
umumnya responsif kurikulum baru segera diterapkan di sekolah-sekolah. Tentu
saja guru-guru harus dipersiapkan apakah melalui progaram pendidikan guru,
penataan guru, pembinaan pada centre guru dan sebagainya.
6. Evaluasi
kurikulum. Pada pengembangan kurikulum mengadakan penialaian terhadap kurikulum
yang telah dilaksanakan dengan mendapatkan umpan balik dari para guru, murid,
administrator sekolah, orang tua siswa, BP3 dan sebagainya. Hasil evaluasi
dimanfaatkan untuk mengadakan revisi yang perlu atau perubahan total kurikulum
menjadi suatu kurikulum yang baru lagi.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam garis besarnya kita
dapat mengikuti langkah-langkah dalam pengembangan pedoman kurikulum sebagai
berikut:[24]
1. Kumpulkan
keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan kurikulum serta latar
belakangnya.
Pertanyaan yang perlu dijawab antara
lain adalah:
a. Apakah
defenisi kurikulum yang akan dikembangkan?
b. Apakah
faktor-faktor utama yang mempengaruhi kurikulum itu?
c. Apa,
kepada siapa, apa sebab, bagaimana organisasi bahan yang akan diajarkan?
d. Adakah
alternative lain?
2. Tentukan
mata pelajaran atau matakuliah yang akan diajarkan.
a. Berhubungan
dengan pertimbangan diatas, matapelajaran apakah yang dianggap paling serasi
untuk diberikan?
b. Bagaimanakah
scope dan sequencenya?
3. Rumuskan
tujuan tiap matapelajaran.
a. Apakah
pada umumnya diharapkan dari siswa?
4. Tentukan
hasil belajar yang diharapkan dari siswa dalam tiap mata pelajaran.
a. Apakah
standart hasil belajar siswa dalam tiap matapelajaran dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik?
5. Tentukan
topik-topik tiap matapelajaran.
a. Bagaimanakah
menentukan topik matapelajaran secara luas dan urutkan bahannya berhubung
dengan tujuan yang telah dirincikan?
b. Bagaimanakah
organisasi yang serasi bagi topik-topik itu?
6. Tentukan
syarat-syarat yang dituntut dari siswa.
a. Bagaimanakah
tingkat perkembangan dan pengetahuan siswa?
b. Apakah
syarat agar siswa dapat mengikuti pelajaran?
c. Kegiatan-kegiatan
apakah yang harus dapat dilakukan siswa agar dapat mencapai tujuan pelajaran?
7. Tentukan
bahan yang harus dibaca oleh siswa
a. Sumber
bahan apa yang tersedia antara lain di perpustakaan?
b. Sumber
bacaan apa yang dapat disediakan?
c. Bacaan
apa yang esensial dan bacaan apa sebagai pelengkap atau sebagai rujukan?
8. Tentukan
strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai sumber/alat peraga proses
belajar mengajar.
a. Berhubungan
dengan bahan pelajaran dan taraf perkembangan dan pengetahuan siswa, strategi
mengajar yang bagaimanakah yang paling efektif?
b. Alat
instruksional/alat peraga apakah yang telah ada dan alat serta sumber apakah
yang dapat disediakan?
9. Tentukan
alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaiannya:
a. Alat
apa, kegiatan apa yang akan digunakan untuk mengukur taraf kemajuan siswa?
b. Aspek-aspek
apa yang akan dinilai?
c. Bagaimanakah
cara memberi nilai siswa?
d. Apakah
akan diberi weight yang berbeda untuk
aspek tertentu?
10. Buat
desain rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan strategi
perbaikannya.
a. Kapan
dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?
b. Alat,
proses atau prosedur apakah yang digunakan?
c. Kapan
dan berapa kali harus diadakan evaluasi kurikulum serta revisinya?
Menyusun mata pelajaran yang berisikan pokok-pokok
atau topik dan sub topik merupakan tanggung jawab pengajar di sekolah. Dan
demikian pula halnya dalam penyusunan instruksional, gurulah yang bertanggung
jawab untuk Merencanakan, menyusun, menyampaikan dan mengevaluasi satuan
pelajaran. Maka dari itu guru adalah seorang pengembang kurikulum.
D.
Langkah-
Langkah Pengembangan Kurikulum Secara Sempit (Mikro)
Dalam langkah-langkah pengembangan kurikulum secara
mikro pada dasarnya berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Langkah pertama adalah dikenal dengan nama pengembangan program pada
tingkat lembaga, yang kedua adalah tahap pengembangan program bidang studi, dan
tahap ketiga adalah tahap pengembangan program di kelas/proses belajar
mengajar.[25]
1.
Pengembangan
Program Pada Tingkat Lembaga
Pengembangan program atau kurikulum pada tingkat
lembaga mencakup tiga kegiatan pokok diantaranya yaitu:
a. Perumusan
tujuan institusional
Perumusan tujuan institusional adalah perumusan
mengenai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan serta nilai-nilai yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mereka menyelesaikan
keseluruhan program pendidikan di suatu lembaga pendidikan atau sekolah tertentu.Perumusan
tujuan institusional berpatokan pada tiga hal yaitu tujuan pendidikan nasional
yang termaktub dalam GBHN, harapan masyarakat/pekerjaan dan harapan sekolah
yang lebih tinggi.
b. Penetapan
isi atau struktur program
Penetapan isi atau struktur program mempunyai makna
yaitu menentukan bidang-bidang studi yang akan diajarkan pada suatu lembaga
atau sekolah tertentu. Sedangkan penetapan struktur program adalah merupakn
penetapan atau penentuan mengenai jenis-jenis program pendidikan, sistem catur
wulan, semester, jumlah bidang studi, dan alokasi waktu yang diperlukan.
c. Penyusunan
strategi pelaksanaan kurikulum
Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum maksudnya
adalah upaya untuk memilih, menyusun dan menggerakkan segala cara, tenaga, dan
sarana untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Dalam menyusun
strategi, maka pelaksanaan kurikulum meliputi kegiatan: pengajaran, penilaian,
bimbingan, penyuluhan dan melaksanakan administrasi.
2.
Pengembangan
Program Tingkat Bidang Studi
Pengembangan pada tingkat bidang studi bertujuan
untuk mencatat tujuan kurikuler yakni tujuan bidang studi yang akan dicapai
selama program itu diajarkan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam kegiatan
pengembangan program pada tingkat bidang studi yakni:[26]
1. Penetapan
pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang didasarkan pada tujuan
kelembagaan (institusional)
2. Penyusunan
GBPP ( Garis Besar Program Pengajaran)
Setelah merumuskan tujuan kurikuler,
tujuan instirusional, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, maka semua tersebut
disusun secara beraturan dan sistematis menurut urutannya, serta menentukan
kelas, catur wulan, jumlah jam pelajaran, dan sumber yang digunakan. Pada GBPP
tersebut disusun sub-sub bidang studi
3. Penyusunan
pedoman khusus pelaksanaan program pengajaran masing-masing bidang studi.
Pedoman khusus pengajaran tersebut meliputi uraian tentang pendekatan dan
metode mengajar yang digunakan untuk bidang studi tertentu, kemudian juga alat
dan sarana yang diperlukan serta cara-cara penilaian hasil belajar yang
digunakan.
Pengembangan program tingkat bidang studi
dilaksanakan dengan menempuh langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:[27]
a. Merumuskan
tujuan kurikuler. Perumusan tujuan kurikuler ini dimaksudkan adalah rumusan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa dalam setiap bidang
studi setelah mereka menyelesaikan keseluruhan program sekolah tertentu
b. Merumuskan
tujuan instruksional. Perumusan tujuan instruksional disini dimaksudkan adalah
rumusan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang merupakan penjabaran dari
tujuan kulikuler sebagai dasar untuk menetapkan pokok bahasan dan sub pokok
bahasan dalam setiap bidang studi
c. Menetapkan
pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Atas dasar tujuan instruksional di atas,
pada bagian ini ditetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tiap bidang
studi yang nantinya merupakan bahan pengajaran
d. Menyusun
garis-garis besar program pengajaran. Dengan selesainya struktur program GBPP
dan pedoman pelaksanaannya, maka pengembangan lebih lanjut dalam kurikulum
tersebut dilaksanakan di setiap sekolah dalam bentuk pengembangan program
pengajaran di kelas
Secara ringkas, kegiatan dan pengembangan kurikulum
pada tiap bidang studi meliputi: penyusunan
tujuan kurikuler, perumusan tujuan institusional umum dan menetapkan
pokok bahasan.
3.
Pengembangan
Program Pengajaran di Kelas
Pengembangan program pada tahap ini merupakan tahap
kewenangan guru untuk mengembangkan program pengajaran dan proses belajar
mengajar di kelas. Untuk mengembangkan program
pengajaran di kelas, pendidikan harus memiliki Satuan Pembelajaran dan
Silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Satuan Pembelajaran/Silabus ini
dilaksanakan oleh para pendidik dalam rangka mengembangkan kegiatan pengajaran
di kelas.Akan tetapi, bila bahan pengajaran yang dikembangkan dalam GBPP sudah
dikelompokkan menjadi satuan bahasan, maka pendidik tidak perlu lagi menyusun
atau menentukan satuan bahasan. Satuan bahasan itu langsung dikembangkan
menjadi Satuan Pelajaran (SP) untuk pedoman guru dalam melakukan proses belajar
mengajar di kelas.
Satuan Pelajaran (SP) merupakan salah satu sistem
yang memiliki komponen-komponen yaitu:[28]
1. Tujuan
Instruksional Umum (TIU) (yang diperoleh dari GBPP)
2. Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) (yang merupakan penjabaran dari TIU)
3. Bahan
pelajaran
4. Proses
belajar mengajar
5. Alat
dan sumber belajar ; dan
6. Penilaian/evaluasi
Tujuan penggunaan
Satuan Pelajaran (SP) bagi guru adalah agar dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar dapat berjalann dengan
efektif dan efesien.
Untuk dapat membantu dan memahami tahap-tahap
pengembangan kurikulum di tiap lembaga, maka berikut akan dijelaskan melalui
table di bawah ini:[29]
No
|
Tingkat
Nasional
|
Tingkat Provinsi
|
Tingkat
Sekolah
|
Tingkat Kelas
|
1.
|
Penetapan
kebijaksanaan pendidikan
|
Penetapan
kebijaksanaan pendidikan untuk tingkat provinsi
|
Penetapan
kebijaksanaan pendidikan institusional
|
Pengembangan
tujuan kurikuler institusional umum dan khusus
|
2.
|
Pengembangan
a.
Rasional program
b.
Tujuan program
c.
Hasil belajar semuanya berdasarkan perkiraan
keadaan tingkat nasional
|
Penerjemahan
a.
Rasional program
b.
Tujuan program
c.
Hasil belajar semuanya berdasarkan perkiraan
keadaan tingkat provinsi
|
Perincian
a.
Rasional program
b.
Tujuan program
c.
Hasil belajar semuanya berdasarkan perkiraan
keadaan kebutuhan-kebutuhan tingkat sekolah
|
Pelaksanaan
a.
Rasional program
b.
Tujuan program
c.
Hasil belajar semuanya berdasarkan perkiraan kebutuhan
siswa
|
3.
|
Pengarahan
a.
Program
b.
Sumber belajar
c.
Pengembangan evaluasi kurikulum (terutama discipline, inquiry, dan value judgement)
|
Bimbingan
penyuluhan
a.
Satuan pelajaran
b.
Identifikasi metodologi
c.
Pengembangan evaluasi kurikulum (institusional process approach school
program)
|
Pengembangan
satuan pelajaran yang mencakup
a.
Identifikasi sumber belajar
b.
Strategi belajar mengajar
c.
Evaluasi kurikulum dengan sasaran program sekolah
|
Pelaksanaan
satuan pelajaran yang mencakup
a.
Identifikasi sumber belajar
b.
Strategi belajar mengajar
c.
Teknik evaluasi
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
Dalam pembahasan yang telah kami
sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah kami mempelajari langkah-langkah pengembangan kurikulum, agar
bisa menambah wawasa kita mengenai pendidikan yang ada di Indonesia. Kemudian
kami selaku pemakalah berharap kepada
segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus
kepada materi langkah-langkah pengembangan kurikulum yang telah kami sajikan
dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama-sama aktif dalam mencari buku-buku
dan sumber lainnya yang membahas masalah ini secara mendalam, sehingga lebih
memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan langkah-langkah pengembangan
kurikulum.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Neliwati, Diktat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.71.
[2]Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakrta: Balai Pustaka, 2003), h. 83
[3] Neliwati,h.71
[5]Herry Widyastono, Pengembangan
Kurikulum di Era Otonomi Daerah, dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013,
(Cahaya Prima Sentosa, PT Bumi Aksara, 2014), h. 1
[7]S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta, Sinar Grafika Offest, 2012), h.
5
[8]Sukanto dan Salim, Pengembangan Kurikulum PAI Untuk Kalangan
Sendiri, h. 2
[9] Ibid.h.2
[14]http://pelajarcerdasyaspia.blogspot.co.id/2015/02/langkah-langkah-pengembangan-kurikulum.html. Diakses pada tanggal 20 Maret
2016,10:50.
[16]
S.Nasution, Kurikulum Pengajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991),h.43-44
[17]Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta:
Kencana halaman, 2011),h.46.
[18]Achmad
Sudja’i, Pengembangan Kurikulum, (Semarang: akfi media, 2013), h.59
[19]Bafadal. Ibrahim,Catatan
Kuliah Manajemen Pengembangan Kurikulum di Prodi Manajemen Pendidikan Program
Pasca Sarjana (S2-Sandwich), (UM. Malang,2007), h.67-68.
[20]Neliwati, Diktat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.70.
[21] Sukanto dan Salim, Pengembangan Kurikulum PAI Untuk Kalangan
Sendiri,h.50.
[22]Ibid, h.70-71.
[23]Sukanto dan Salim,Pengembangan Kurikulum PAI Untuk Kalangan
Sendiri, h.50-51.
[24]S.Nasution, Kurikulum Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),h.9-11.
[25]Neliwati,Diktat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.71.
[26]Abdullah Idi dan Safarina HD,
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2014),
h.183-184.
[27]Neliwati,Diktat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, h.72-73.
[28]Abdullah Idi dan Safarina HD,
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,h.184
[29] Ibid,h.185.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar