Resensi Buku : Metode Penelitian
Tindakan Kelas
Penulis : Prof. Dr. ROCHIATI WIRIAATMADJA
Penerbit : PT.REMAJA ROSDAKARYA
Cetakan : Cetakan Kedelapan
Tahun Terbit : 2009
Desain Sampul : Imam Taufik
Tebal : X + 258 Halaman
Penulis : Prof. Dr. ROCHIATI WIRIAATMADJA
Penerbit : PT.REMAJA ROSDAKARYA
Cetakan : Cetakan Kedelapan
Tahun Terbit : 2009
Desain Sampul : Imam Taufik
Tebal : X + 258 Halaman
Oleh : Dony Kurnia
Wijaya, S.Pd.I
(Pengajar di SDN Mekarwangi,
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang, Banten)
Ketika seorang guru berada
didalam kelas, sudahlah pasti ada banyak persoalan yang akan dihadapai yang
berkaitan dengan proses pembelajaran ataupun hasil dari pembelajaran yang
diharapkan. Berbagai solusi atau cara penyelesaian masalah juga sudah banyak
dibahas dalam berbagai telaah penelitian akademik, baik dalam laporan
penelitian berbentuk artikel atau pada jenjang skripsi, tesis, bahkan
disertasi. Akan tetapi, banyak yang tidak dapat memahaminya, apalagi
mengaplikasikannya dalam pembelajaran sehari-hari, terutama karena berbagai
kendala, terutama tidak terlalu memahami teori-teori yang dijadikan landasan
atau analisis penelitian pendidikan yang membatasi kegunaannya kepada kebutuhan
sehari-hari, agar dapat dimanfaatkan guru/dosen dalam memperbaiki kinerjanya.
Maka untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru dapat menggunakan penelitian
tindakan kelas.
Hopkins (1993, dalam
Wiriaatmadja, 2009:25) mengemukakan penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan
membebaskan karena penelitian ini mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti,
dan menggunakan kearifan dalam pengambilan keputusan ataujudgment.
Uraian tentang cara memulai Penelitian Tindakan Kelas bagi seorang guru/dosen
yang sudah biasa mengajar, bukanlah sesuatu yang asing. Ketika seorang
guru/dosen fokus pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari telah
melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah
menyelesaikan bagian tersebut dilanjutkan dengan menulis “proposal sederhana”
berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”.
Dengan proposal sederhana sebenarnya guru/dosen tersebut sudah dapat memulai PTK.
Membaca Metodologi Penelitian
Pendidikan (Prof.Dr.ROCHIATI WIRIAATMADJA:2009) paling tidak mendapatkan
berbagai informasi untuk mengenal Penelitian Tindakan Kelas yang dalam istilah
bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Sehingga
lebih mengetahui tentang seluk-beluk penelitian tindakan kelas dan memiliki
keterampilan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai
pengajar, pendidik dan pemimpin pendidikan.
Kesan pertama itulah yang membuat
saya membedah buku penelitian tindakan kelas karya Prof. Dr. ROCHIATI
WIRIAATMADJA cetakan kedelapan yang dipandang cukup mumpuni dalam membedah
seluk-beluk penelitian tindakan kelas (pengantar) bahkan hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian tindakan kelas. Sebuah pandangan mutakhir dari aliran baru
dalam filsafat ilmu yang menjadi pembuka bagi model penelitian mengenai
berbagai fenomena sosial dan kemanusiaan, termasuk pendidikan.
Riyanto (2010) mengungkapkan
bahwa setiap jenis penelitian memiliki karakterisik tertentu yang membedakan
dengan penelitian lain. Untuk lebih memahami Penelitian Tindakan Kelas, maka
perlu dikemukakan karakteristik yang bersifat umum.
Kekhawatiran yang
berlebih-lebihan terhadap keikutsertaan guru/dosen dalam penelitian kelas tidak
beralasan, karena setiap penelitian memiliki metode, sistem dan prosedurnya
sendiri yang sudah baku. (hal.32)
Dalam wacana atau kontinuum
objektivitas-subjektivitas, kebenaran pada penelitian tindakan kelas berada
pada desain penelitian kualitatif yang menggambarkan pola-pola budaya dan
perilaku seperti yang dipandang oleh subjek yang diteliti. (hal.33)
Halimah (2008) mengungkapkan
bahwa pendidikan yang ekstensif dalam suatu bidang ilmu menjadikan
seseorang memiliki jenis pengetahuan tertentu. Kenyataan ini menjadi dasar bagi
kewenangan seorang profesional.
Penelitian Tindakan Kelas adalah
suatu bentuk inkuiri pendidikan. Di dalam pelaksanaannya gagasan atau
permasalahan guru atau dosen diuji dan dikembangkan dalam bentuk tindakan. Guru
atau dosen sebagai pengembang kurikulum dikelas dapat melakukan
tindakan-tindakan yang tergolong kearah proses pembaharuan kurikulum.
(hal.42-43)
Tujuan dasar penelitian tindakan
kelas adalah memperbaiki praktek pembelajaran guru dikelas atau dosen diruang
perkuliahan, dan bukan untuk menghasilkan pengetahuan atau teori. Penggunaan
utilisasi pengetahuan, dan apabila pada saat berlangsung proses ternyata
menghasilkan pengetahuan, maka keduanya tetap dikondisikan dan ditujukan kepada
sasaran dasar Penelitian Tindakan Kelas tadi (Elliot, 1991:49). (Hal.75)
Identifikasi masalah pada
hakikatnya ialah pernyataan yang menghubungkan gagasan atauidea dengan
tindakan. Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap
berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi guru/dosen dalam praktek kesehariannya
dikelas atau ruang kuliah, dan merupakan sesuatu yang ingin diubah atau
diperbaiki. (hal.65)
Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam penyusunan desain, fokus permasalahan, dan pengumpulan data
dengan tepat dan baik, antara lain misalnya dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menyusun desain, memformulasikan fokus
permasalahan, teknik-teknik pengumpulan data antara lain dengan cara melakukan
pengamatan atau observasi, wawancara, atau teknik lain yang diperlukan; serta
berbagai aspek penelitian lainnya yang harus dilakukan.
Mulailah dengan gagasan umum dari
permasalahan yang dihadapi dikelas/ruang kuliah, untuk kemudian ditajamkan
dalam fokus permasalahan. Setelah mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan dengan mitra peneliti, lanjutkan dengan membangun kerangka
pemikiran atau paradigma beserta bagannya. (hal.91)
Observasi yang dilakukan dikelas
dicatat seteliti mungkin, karena catatan lapangan (field notes) akan
merupakan bahan utama yang mengandung sejumlah kekayaan data tentang kelas yang
diteliti, dan sebagai bahan untuk selanjutnya dianalisis. (hal.78)
Dikalangan para etnografer,
dikenal teknik pengumpulan data yang disebut pengamatan penyerta atau participant
observer, dimana para pengamat atau observer mempunyai
hubungan yang akrab dengan pihak yang diamati. Peneliti yang berperan sebagai
pengamat penyerta atau participant observer ikut serta dalam
berbagai kegiatan pihak yang diamati, dan segera mencatatkan apa yang terjadi
dalam catatan lapangannya. Dalam catatan ini termasuk juga komentar-komentar
yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti. (hal.107)
Bersama-sama dengan kegiatan
pengumpulan data ini muncul kepermukaan hipotesis-hipotesis yang dapat menjadi
bahan untuk dikaji, karena gagasan-gagasan baru selalu timbul pada waktu
menjelaskan atau menganalisis setiap kejadian dikelas. (hal.146)
Kegiatan analisis data lapangan
harus dilakukan sejak dini, pada tahap awal penelitian, bahkan sejak tahap
orientasi. Kegiatan analisis juga dilakukan dengan melakukan catatan reflektif,
yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses
membandingkan, atau mengkaitkan, atau menghubungkan data yang ditampilkan
dengan data sebelumnya. (hal.151)
Pada tahap menganalisis data,
kita telah melihat bagaimana teori yang berkembang secaragrounded terbentuk
dari pengumpulan atau koleksi data. Koding dari Lofland, misalnya
menyusun kategori yang sebaiknya dipakai sebagai alat analisis dari fenomena
kelas yang diobservasi dan dikumpulkan datanya. Dari analisis kategorial inilah
munculnya teotigrounded. Apabila kategori yang disusun tidak kompatibel
dengan data, maka kategori dimodifikasi atau tidak dipakai. Dalam penelitian
yang menggunakan orientasi teori secara eksplisit, maka data yang terkumpul
dianalisis berdasarkan kerangka teoritik tersebut. Alat-alat tersebut
menggambarkan juga penggunaannya pada akhir kajian, yakni pada tahap
penafsiran. Karena analisis sudah dilakukan sejak awal tahap pengumpulan data,
berarti penafsiran sudah dimulai sejak awal juga. (hal.179)
Pada umumnya sebuah skripsi atau
tesis yang menggunakan Penelitian Tindakan Kelas sebagai metode penelitian akan
mempunyai sistematika sebagai berikut ; Bab I Pendahuluan; Bab II Telaah
Kepustakaan; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian; Bab
V Kesimpulan dan Rekomendasi. (hal.198)
Penulisan laporan penelitian
kualitatif dapat bervariasi struktur, bentuk, dan gayanya. Yang penting laporan
dibuat dengan kredibel, menampilkan kenyataan dengan jujur, didukung oleh data yang
kaya; dan mewakili banyak persepektif. Laporan penelitian yang bersifat umum
harus objektif dan impersional sifatnya, dengan memakai narasi yang
realistik/impresionistik. Laporan yang bersifat akademik harus memperhatikan
kaidah-kaidah akademik yang berlaku secara umum, atau ketentuan-ketentuan
khusus yang berlaku di lembaga yang bersangkutan sesuai dengan isi pedoman
karya ilmiah institusi tersebut. (hal.213)
Dampak, kegunaan, manfaat
Penelitian Tindakan Kelas terhadap/bagi pendidik dan lembaga dimana para
pendidik itu bertugas secara umum akan meningkatkan kualifikasi dan kinerja
guru dan dosen. Apabila Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh
guru/dosen meliputi aspek-aspek kegiatan yang mendukung program lembaga, maka
manfaatnya akan mendukung program pembaharuan lembaga tersebut. (hal.240-241).
Rujukan :
·
Rusyan,dkk. 1999. Upaya
Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jakarta:PT.
·
Nusantara Lestari Ceria Pratama
·
Kasbolah, Sukarnyana. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Malang:Universitas Negeri Malang
·
Koswara, Halimah. 2008. Seluk-Beluk
Profesi Guru. Bandung:PT.Pribumi Mekar
·
Sa’ud, Makmun. 2009. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
·
Riyanto. 2010. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
·
Sukidin, Basrowi, Suranto.
2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendikia
·
Universitas Negeri Jakarta,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Unika Atmajaya. 2011.Modul Pendidikan
Dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta:Tim Penyusun Naskah PLPG
FIP UNJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar